RELEVANSI AL IJAZ WAL ITHNAB DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN

 

MAKALAH

“RELEVANSI AL IJAZ WAL ITHNAB DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN”

Dosen Pengampu :

Abdul Waris Marsyam, Lc, M.Hum

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DI SUSUN OLEH :

 

SAHRUL L (30156122031)

 

 

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

JURUSAN USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

SEKOLAH TINGGI GAMA ISLAM NEGERI MAJENE

TAHUN AJARAN 2023/2024

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

         Alhamdulillah segala pujian hanya milik Allah SWT yang dengan karunia dan taufiknya sehingga penyusunan makalah kami kali ini dapat dirampungkan dengan tanpa adanya kendala sama sekali. Yang dimana makalah kali ini merupakan tanggung jawab kami yang diberikan oleh dosen kami dalam upaya untuk memberikan penjelasan tentang salah satu materi dalam studi Ilmu Al-Quran.          

Tujuan penulisan makalah kami ini, selain dari pemenuhan tanggung jawab yang diberikan kepada kami, kami juga berusaha untuk memberikan pemahaman yang cukup sederhana kepada para pembaca mengenai tentang al-ijaz dan al-ithnab. Sehingga kami menuai harapan dalam makalah kami yang cukup sederhana ini mampu memudahkan dalam memahami secara mendasar tentang bagaimana al-ijaz dan al-ithnab, serta apa-apa saja yang mencakup dalam materi tersebut.

          Disamping daripada itu kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah kami ini, oleh karena itu kritikan dan saran dari pembaca sekalian tentu akan sangat berguna dalam proses perbaikan dan pengembangan atas makalah kami mulai saat ini sampai kedepannya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

  Majene, 9 September 2023

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 2

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3

A. Pengertian al-Ijaz wal al-Ithnab.............................................................................................................. 3

B. Pembagian serta contoh al-Ijaz wal al-Ithnab.............................................................................................................. 4

C. Relevansi al-Ijaz wa al-Ithnab dalam penafsiran Al-Qur’an............................................................................................................ 10

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 11

A. Kesimpulan............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12



BAB I

                                                   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kitab Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang tidak ada satupun makhluk yang bisa menandinginya. Berbagai pendekatan telah dilakukan untuk mengungkap makna yang ada dibalik ayat-ayatnya, misalnya pendekatan riwayat, pendekatan ilmu eksakta, ilmu humaniora dan juga menggunakan pendekatan kebahasaan dan ilmu Balaghah. Hasilnya memnbuktikan bahwa dari sisi manapun ayat Al-Qur’an itu dikaji, ia akan senantiasa memberikan bukti bahwa ayat Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT bukan buatan manusia.

Diantara pendekatan yang disesbutkan diatas, pendekatan ilmu Balaghah yang digunakan untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an mendapatkan posisi yang sangat strategis dikalangan para ulama, pasalnya ayat Al-Qur’an sejak saat turunnya hingga saat ini mampu menggentarkan hati dan pikiran para pembacanya, karena stuktur kata yang digunakan di dalamnya sangatlah indah dan mampu mengalahkan karya sastra terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.

Al-Balaghah pada zaman Jahiliyah belumlah dikenal sebagai sebuah disiplin ilmu yang sudah matang dan mempunyai mustholahat terdefenisi dengan jelas. Dalam karya-karya mereka sangat banyak ditemukan akan indah dan tingginya ungkapan mereka, secara teoritis  al-Balaghah belum dikenal, tapi sudah dipraktekkan dan diterapkan dalam karya-karya baik berupa syi’ir maupun natsr. Di samping Al-Qur’an, tetdapat juga hadist-hadist Nabi Muhammad SAW yang sangat berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perhatian masyarakat Arab terhadap kajian ilmu Balaghah.

Al-Balaghah secara etimologi adalah al wusul wa al-intiha’ yang berarti samapai dan berakhir. Adapun Balaghah secara terminologi adalah sifat yang melekat pada kalam (balaghat al-kalam) dan sifat yang melekat pada mutakallim (nbalaghah al mutakallim. Balaghat al kalam artinya  mencari kalimat yang sesuai Sdengan maksud yang dikehendaki, dengan kata-kata yang fasih baik mufrad maupun murakkab. Berdasarkan defenisi diatas sudah jelas bahwa bagaiman balaghah peran yang sangat komunikatif stimulus dan respon dengan kalimat yang tidak ambigu serta mampu mewakili ide pembicara (al-mutakallim). Dan balaghah mempunyai tiga cabang ilmu yaitu  (1) ilmu al-Ma’ani  (2) ilmu al-Bayan  (3) ilmu  al-Badi’ ketiganya mempunyai obyek kajian yang masing-masing saling melengkapi. Dan dalam makalah sederhana ini, kami akan membahas akan 3 bahasan yang merupakan cabang dari pada ilmu al-Ma’ani, yaitu Ijaz, Ithnab, dan Musawah.

 

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari al-Ijaz wa al-Ithnab?

2. Bagaimana pembagian beserta contoh al-Ijaz wa al-Ithnab?

3. Bagaimana relevansi al-Ijaz wa al-Ithnab dalam penafsiran Al-Qur’an?

 

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui  pengertian al-Ijaz wa al-Ithnab

2. Agar memahami pembagian-pembagian beserta contoh al-Ijaz wa al-Ithnab

3. Agar memahami relevansi al-Ijab wa al-Ithnab


 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Ijaz wa al-Ithnab

al-Ijaz merupakan salah satu gaya bahasa yang digunakan dengan meluas didalam Al-Qur’an. Kata al-Ijaz berasal dari akar kata kerja wajaza-yajizu-wajzan. Awjaza al-Kalam bermaksud memendekkan dan meringkas percakapan. al-Ijaz juga diartikan mengungkapkan kalimat dengan singkat dan jelas tanpa terjadi reduksi makna yang signifikan, dalam pemahaman ulama Balaghah merupakan ungkapan yang komprehensif (syamil) yang mampu menampung pokok pikiran yang panjang. Ulama-ulama Balaghah berbeda dalam mengungkapkan pengertian namun memiliki makna yang sama, diantaranya yaitu:

menurut hifni nashif mendefenisikan ijaz sebagai berikut:

اإليجاز وهو تأدية المعنى بعبارة ناقصة عنه مع وفائها بالغرض "

Ijaz adalah menyampaikan suatu makna (maksud) dengan ungkapan yang singkat namun maksud yang dituju tersampaikan.

Ar-Razi mengemukakan ijaz dengan istilah berikut:

" العبارة عن الغرض بأقل ما يكمن من الحروف من غير إخالل "

Ijaz adalah mengungkapkan suatu maksud mengunakan huruf (lafaz) sesingkat mungkin tanpa adanya kekurangan (maksud yang disampaikan.

Berdasarkan definisi para ulama balaghah di atas mengenai al- ijaz dapat disimpulkan bahwa al-ijaz adalah mengutarakan maksud tertentu kepada lawan bicara menggunakan ungkapan singkat. Namun mengandung banyak makna tanpa mengurangi makna yang dimaksud.

Sedangkan al-itnab memilki pengertian sebaliknya yaitu mengungkapkan kata-kata dengan lafadz yang panjang dan banyak tetapi mengandung makna yang sedikit.atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai menyampaikan suatu makna atau pesan dengan menggunakan ungkapan yang lebih panjang ataupun lebih banyak dari pada makna aslinya.

B. Pembagian serta contoh al-Ijaz wa al-Itnab

al-Ijaz terbagi menjadi dua :

1.) Ijaz Qishar

Ijaz Qishar adalah ungkapan-ungkapan singkat yang mengandung banyak makna tanpa ada yang disembunyikan.

Contohnya:

ولكم في القصاص حياة

“ Dan pada Qishash itu terdapat kehidupan bagi kalian “

Contoh pada ayat di atas adalah ungkapan yang ringkas namun serat makna, maknanya melebihi lafaz. Dan maksud pada ayat tersebut adalah jika seseorang yang ingin membunuh mengetahui bahwa setelah membunuh orang lain ia juga akan dibunuh balasan atas perbuatannya, maka ia enggan untuk membunuh orang lain yang ingin ia bunuh, sehingga kedua-duanya selamat dari pada pembunuhan.

Dalam hal ini penulis berpandangan bahwa apabila qishash dilaksanakan, maka orang-orang yang melihat dan mengetahui akan balasan yang diterima oleh si pembunuh adalah hukuman mati, maka orang-orang akan berpikir ratusan kali jika ingin melampiaskan niantnya untuk membunuh seseorang, sehingga dengan adanya qishash ini maka amanlah banyak nyawa.

2.) Ijaz hadzf

            Ijaz Hadzf adalah disembunyikannya sebuah kata ataupun kalimat atau bahkan dalam jumlah yang lebih banyak bersamaan dengan qarinah yang menjelaskan dari pada suatu kata ataupun kalimat yang disembunyikan tadi. Contoh ijaz yang menyembunyikan suatu huruf:

 

قالوا تالله تفتؤا تذكر يوسف حتى تكون حرضا أو تكون من الهالكين

Menurut para ahli balaghah pada ayat tesebut terdapat suatu huruf yang dibuang

yaitu huruf nafi laa “ ال “ yang mana asal ayat tersebut adalah:

قالوا ال تالله تفتؤا تذكر يوسف حتى تكون حرضا أو تكون من الهالكين

Contoh ijaz yang menyembunyikan suatu kata:

واسأل القرية

Menurut para ahli balaghah pada ayat tersebut terdapat suatu kata yang     disembunyikan yaitu أهل yang mana ia adalah mudhof dari pada mudhaf ilaihnya yaitu القرية yang mana asal ayatnya adalah:

 واسأل أهل القرية

Contoh ijaz yang menyembunyikan kalimat:

وإن يكذبوك فقد كذبت رسل من قبلك

2. Macam-Macam Ithnab beserta contohnya

Ithnab sebenarnya memiliki banyak macam, namun di sini penulis hanya membawakan beberapa saja, berikut macam-macam ithnab beserta contohnya:

1) Dzikr al-Khas Ba’da al’Am

Dzikr al-Khas Ba’da al’Am adalah menyampaikan suatu pesan atau gagasan dengan menyebutkan sesuatu yang dikhususkan sesudah menyebutkan hal yang umum. Contoh:

 

قال تعالى:

تنزل المآلئكة والروح فيها

 

Artinya: Pada Malam itu (Lailatul Qadr) turun para Malaikat dan arruh (Malaikat Jibril).

Pada ayat tersebut disebutkan seluruh para Malaikat di awal, dan kemudian barulah disebutkan Malakat Jibril. Apakah di golongan seluruh Malaikat yang disebutkan pertama kali itu Malaikat Jibril termasuk di dalamnya? Jawabannya adalah ia, benar Malaikat Jibril termasuk di dalamnya, namun mengapa Malaikat Jibril disebutkan kemudian, setelah seluruh Malaikat yang mana Malaikat Jibril juga termasuk di dalamnya? Karena Allah SWT ingin menunjukkan kepada kita semua bahwa Malaikat Jibril memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT, bahkan yang paling tinggi di antara para Malaikat. Dengan demikian, maka seluruh Malaikat pada ayat di atas adalah al’am yaitu sesuatu yang bersifat umum yang disebutkan terlebih dahulu, sedangkan ar-ruh yaitu malaikat jibril, adalah sesuatu yang dikhususkan  

2) Dzikr al ‘Am Ba’da al-Khas

Dzikr al ‘Am Ba’da al-Khas adalah menyampaikan suatu pesan atau gagasan dengan menyebutkan hal yang umum sesudah menyebutkan hal yang dikhususkan. Contoh:

 

قال تعالى

رب اغفرلي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات

 Artinya: Ya Tuhanku, ampunilah diriku, kedua orang tuaku, siapapun yang masuk ke rumahku dengan beriman, serta ampunilah seluruh orangorang yang beriman laki-laki dan perempuan.

Pada ayat tersebut lafaz waliwaaliday disebutkan di awal dan kemudian diikuti oleh lafaz sesudahnya hingga lafaz walilmu’miniina walmu’minaat. Ayat tersebut mengandung lafaz doa yang mana di dalamnya mendoakan diri sendiri, orang tua, hingga seluruh orang yang beriman lakilaki dan perempuan. Yang menjadi pertanyaan, kenapa kedua orang tua berada di awal sebelum seluruh orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan? Jawabannya adalah tidak, mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman baik laik-laki maupun perempuan, namun pada ayat itu Allah SWT. ingin menunjukkan kepada kita bahwa kedua orang tua memiliki kedudukan yang sangat mulia bagi kita dibandingkan orang-orang beriman lainnya secara keseluruhan. Dengan demekian maka pada ayat tersebut kedua orang tua adalah lafaz yang khash yang didahulukan, dan lafaz  orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan adalah lafaz’am yang diakhirkan.

3). Al-Idhah ba’da al-Ibham

            Al-Idhah ba’da al-Ibham adalah memperjelas sesuatu yang samar-samar. Contohnya :

قال تعالى:

أمدكم بما تعلمون أمدكم بأنعام و بنين

            Artinya: Allah telah  menganugerahkan kepadamu (orang-orang yang beriman ) apa yang kamu ketahui, dia ( Allah ) telah menganugerahkan kepadamu hewan ternak dan anak-anak.

            Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT menganugerahkan kepada orang-orang yang beriman hal-hal yang mereka ketahui, yang mana anugerah berupa hal-hal yang diketahui orang-orang beriman tersebut masih belum jelas dan samar-samar.maka lafaz amaddakum bi an’amin wa baniim menjelaskan bahwa hal-hal yang diketahui orang-orang beriman itu adalah berupa hewan ternak dan anak-anak. Maka pada ayat tersebut lafaz  ammaddakum bima ta’maluun adalah sesuatu yang al-ibham, masih samar-samar, sedangkan lafaz amaddakum bi an’amin wa baniin adalah sebagai al-idhah atau penjelas akan kesamaran dari lafaz ammaddakum bima ia’maluun.

4). Al-Takrir Lighardin

            Al-Takrir Lighardin termasuk dari pada bagian ithnab yaitu mengulang lafaz dengan tujuan tertentu, diantaranya adalah: Ziyadat targhib fi al-afw dan Ta’kid al-Indzar.

a). ziyadat targhib fi al-‘afw

      contohnya seperti:

قال تعالى:

إن من أزواجكم وأولدكم عدوا لكم فاحذروهم وإ تعفوا وتصفحوا نإن من أزواجكم وأولدكم عدوا لكم فاحذروهم وإ تعفوا وتصفحوا ن

Pada contoh tersebut Allah SWT berfirman yang artinya:

                Bahwa sesungguhnya di antara istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan menyantuni serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Pada ayat tersebut terdapat tiga kata yang lafaznya berbeda-beda akan tetapi maknanya serupa namun antara satu dan lainnya memiliki tingkatan tersendiri. Maksud dari pada keberadaan tiga lafaz tersebut adalah menguatkan kesan bahwa Allah SWT sangat menekankan akan makna dalam tiga lafaz tersebut agar orangorang yang beriman melaksanakannya yaitu memaafkan dengan segenap maaf, tidak hanya sebatas memaafkan, melainkain berbuat santun terhadap orang yang berbuat jahat kepada kita, dan mengampuni segala kesalahannya. Jika sesorang hanya melakukan al-‘afw, yakni memaafkan orang yang berbuat buruk kepadanya, terkadang ia tidak bersikap santun kepada orang yang telah berbuat buruk tersebut, dan apabila ia melakasanakan al-shafh yakni tidak hanya memaafkan namun juga menyantuni orang yang berbuat buruk kepadanya, maka hal itu lebih diutamakan dari hanya sekedar memaafkan, namun jika kita melakukan al-maghfirah maka kita tidak hanya memaafkan, dan menyantuni orang yang berbuat salah kepada kita melainkan juga menutupi kesalahannya maka hal inilah yang sangat ditekankan oleh Allah SWT pada ayat tersebutkepada orang-orang yang beriman.

b). Ta’kid al-Indzar

      contoh dari Ta’kid al-Indzar adalah sebagai berikut :

قال تعالى

كال سوف تعلمون ثم كال سوف تعلمون

           Pada ayat tersebut bunyi lafaz kallaa saufa ta’lamuun sebanyak 2 kali yang mana hal tersebut menandakan bahwa lafaz yang terulang sangatlah ditekankan, adapun pesan dari lafaz tersebut berupa al-indzar atau peringatan yang bermakna bahwasanya Allah SWT memastikan bahwa sekalian manusia akan melihat seluruh amal perbuatannya pada saat ia telah memasuki alam kubur. Maka ta’kid al-indzar atau penekanan atas peringatan dari ayat tersebut terdapat pada pengulangan lafaz kallaa saufa ta’lamuun.

5). Al-I’tiradh

          Al-i’tiradh adalah menengahkan suatu lafaz di antar bagian-bagian dari pada suatu kalimat ataupun lebih yang maknanya saling berkaitan dengan tujuan membantah suatu hal atau persangkaan terhadap mukhathab. 

Contohnya :

قال تعالى

ويجعلون لله البناتولهم مايشتهونسبحانه

           Pada ayat-ayat tersebut, orang-orang musyrik menetapkan bahwa Allah SWT memiliki anak-anak perempuan, dan mereka beranggapan bahwa anakanak perempuan tersebut adalah para malaikat, lalu mereka beranggapan bahwa Allah SWT dapat memiliki anak. Sedangkan mereka (kafir Quraisy)memilih bagi diri mereka sendiri apa yang mereka sukai yaitu anak laki-laki.Pada ayat tersebut terdapat lafaz Subhaanah yang mana kata tersebut tepat berada di tengah kalimat yang saling berkaitan yaitu anggapan kaum kafir Quraisy bahwa Allah SWT memiliki anak-anak perempuan pada awal ayat dan akhir ayat yang menerangkan bahwa mereka memilih apa yang mereka sukai yaitu anak laki-laki. Dengan demikian, maka lafaz Subhaanah pada ayat tersebut adalah al-i’tiradh atau bantahan Allah SWT terhadap penetapan sesat mereka bahwa Allah SWT dapat beranak pinak.

C. Relevansi al-Ijaz wa al-Ithnab Dalam Penafsiran Al-Qur’an

             Al-Ijaz wa Al-Itnab merupakan salah satu prinsip penting dalam penafsiran Al-Quran. Prinsip ini menunjukkan bahwa Al-Quran sangat unik dan tidak mungkin ditiru oleh siapa pun, bahkan oleh para penyair dan ahli sastra. Prinsip Al-Ijaz berarti bahwa Al-Quran adalah mukjizat dari Allah yang tidak dapat disebutkan oleh manusia.

            Sementara itu, prinsip Al-Itnab mengacu pada penggunaan dalil yang jelas dan tegas dalam penafsiran Al-Quran. Dalil yang jelas dan tegas didapatkan dari Al-Quran itu sendiri dan jangan berdasarkan pada pandangan atau pendapat pribadi saja.

Relevansi dari prinsip Al-Ijaz wa Al-Itnab dalam penafsiran Al-Quran adalah sebagai berikut:

1. Memastikan bahwa penafsiran Al-Quran didasarkan pada ayat-ayat yang jelas dan tegas yang dapat dijadikan dalil.

2. Melindungi Al-Quran dari penafsiran yang salah dan menyimpang.

3. Memastikan bahwa Al-Quran tidak ditambah atau dikurangi dalam terjemahan dan penafsiran.

4. Menjaga kemurnian Al-Quran dan menjaga keotentikan bahasa Arab aslinya.

       Dalam kesimpulannya, Prinsip Al-Ijaz wa Al-Itnab menjadi penting dalam penafsiran Al-Quran karena memberikan dasar yang jelas dalam membaca, menafsirkan, dan mengajarkan ayat-ayat Al-Quran dengan agar sesuai dengan makna aslinya.


 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

          Ijaz secara etimologi adalah mashdar dari pada fi’il أوجز إيجاز yang berarti meringkas, adapun secara terminologi ijaz adalah mengutarakan maksud tertentu kepada lawan bicara menggunakan ungkapan singkat namun mengandung banyak makna tanpa mengurangi makna yang dimaksud, Ijaz terbagi menjadi dua: 1) IjazQishar 2) Ijaz Hadzf. Ithnab secara etimologi adalah mashdar yang barasal dari fi’il أطنب yang berarti memanjangkan atau memperbanyak.

          Sedangkan pengertian ithnab secara terminologi adalah menyampaikan suatu makna atau pesan dengan menggunakan ibarat atau ungkapan yang lebih panjang ataupun lebih banyak dari pada makna aslinya dengan tujuan tertentu. Macam-macam ithnab: 1) Dzikr al-Khas Ba’da al’Am 2) Dzikr al ‘Am Ba’da al-Khas 3) Al-Idhah ba’da al-Ibham 4) Al-Takrir Lighardin 5) Al-i’tiradh


 

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Adib. “Al-Ijaz, Al-Ithnab dan Al musawah.” Journal kajian ilmu balaghah, 2017

Embung Ahmad Kamal & Md Nor Abdullah. “ Figura Retorika Al Ijaz Dan Al Ithnab: Analisis Surah Al Kahfi .” volume 2, issue 1, 2019 :048-061

As-Suyuti Jalaluddin . “Samudra Al-Qur’an jilid III.” Surabaya: PT Bina Ilmu Surabayas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBAHARUAN PEMERINTAHAN TURKI: KESEKULARAN DIBAWAH MUSTAFA KEMAL ATATURK

Perjalanan Keagamaan: Eksplorasi Budaya Mandar Melalui Tradisi Ziarah Imam Lapeo